Tak pelakkejadian memalukan dipersepakbolaan Indonesia ini seperti mengungkit kisah lama sebelumnya tepatnya pada musim kompetisi Divisi Utama Perserikatan tahun 1987/1988, Pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora 10 November Surabaya antara Persebaya Surabaya dengan Persipura sangat kontroversial bagaimana tidak skornya tak tanggung-tanggung, 0-12 untuk kemenagna tim tamu Persipura. Dengan alasan dendam pada musuh bebuyutan (PSIS Semarang), Persebaya Surabaya rela kalah agar PSIS Semarang terlempar ke empat kecil, sehingga PSIS berjuang dengan keras lagi agar tak kena degradasi. Atau dalam level tim nasional Indonesia kejadian memalukan saat Piala Tiger tahun 1998 (sekarang Piala AFF) Saat itu, Indonesia dan Thailand yang sudah memastikan lolos ke semifinal sama-sama mengincar kekalahan untuk menghindari Vietnam di babak semifinal. Mursyid Effendi membuka gol bunuh diri Indonesia yang kemudian dibalas oleh Thailand dengan gol bunuh diri juga. Hasilnya, Thailand berhasil menang, 3-2, dari Indonesia.
Dengan kejadian-kejadian tersebut kita sebagai pencinta dan pemerhati sepak bola khususnya di Indonesia sangat berharap kejadian-kejadian tersebut tidak terulang kembali mengingat prestasi maupun kebanggaan dalam persepakbolaan Indonesia masih minim. Dengan jumlah penduduk yang besar potensi pemain yang banyak seharusnya persepakbolaan Indonesia bisa menjadikan hiburan, industri, maupun bisnis yang dapat memberikan dapak yang positif. Akar dari lambatnya perkembangan dunia persepakbolaan Indonesia sangatlah komplek, mulai dari induk organisasi sepak bola (PSSI) yang kurang kredible, dukungan dari steakholder yang sedikit, kualitas para pesepakbola yang masih minim, serta diperburuk oleh fanatisme yang berlebihan dari pendukung tim daerahnya.
Sudah saatnya kita bersama- sama membangun persepakbolaan kita dengan semangat fair play.
Ciao...
Ciao...
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan memberikan komentar yang dapat saya jadikan pertimbangan demi perbaikan Blog ini